Rabu, 29 November 2017

Bukan Kisah Klasik

Teringat dahulu akan cerita tentang sebuah rencana atau targetan kehidupan, kira-kira dipertengahan 2015, saya diajarkan untuk membuat sebuah rencana mimpi. kata yang mengajarkan, sudah tuliskan saja mimpi-mimpi kalian, entah cara dan datangnya dari mana tulis saja dulu. beberapa hal saya tulis di selembar kertas dengan tulisan sendiri dengan mimpi yang memang ingin didapatkan di tahun berikutnya (2016, waktu itu).

Mulai dari mengingikan kendaraan baru, mempunyai laptop sendiri (tapi alhamdulillah waktu itu sudah punya laptop walaupun dari hasil minjem sebagian ke orang tua dan dicicil, waktu itu udah lunas hehehe), rencana mempunyai rumah, ingin membangun mesjid, mau mempunyai sekolah, dan... perihal jodoh. waktu itu memang lagi gemar-gemarnya memikirkan jodoh dan ingin menikah dengan siapa. waktu itu saya mempunyai target ingin menikahi seseorang yang saya tuliskan di lembaran kertas A4, dan dituliskan sebuah inisial yaitu (KN). sahabat saya yang sering berkunjung kerumah, pernah bertanya.

"Wah, niat bener lu mau nikah, sama siapa tuh? jangan-jangan sama mantan lu. hahaha" begitulah gurauan dari sahabat yang kenal dari SMA.

sampai waktu itupun sebenernya saya masih ragu dengan keputusan saya, karena memang dulu saya tidak yakin bisa mendapatkan cinta, perhatian dan kasih sayang darinya, karena ya memang, wanita itu seperti orang tertutup dan nyatanya dulu wanita yang sedang berikhtiar untuk berhijrah dari segala perkara dunia dan menjadi wanita yang solehah. yang saya lihat memang begitu, karena beberapa lelaki niat mendekatinya tetapi ya alakadarnya, seperti tidak ada niat untuk membuat hubungan dan beberapa kali melihat niatnya hanya untuk menikah.

waktu itu saya putuskan untuk mencari cara untuk mendapatkan perhatiannya.

sebenarnya saya tertarik dengannya saat semester 3, kira-kira waktu itu tahun 2013. kita sama-sama tidak mengenal, tapi mungkin hanya diri ini yang selalu mencuri untuk memandangnya, walaupun masih ada beberapa wanita yang terkadang datang untuk menyenangkan hati seorang lelaki yang merasa sepi akan sebuah cinta. tapi jujur, betapa senangnya dahulu bisa kontakan dengannya, awalnya saya yang memulai iseng-iseng untuk komen di twitternya, tapi tidak ada respon. teringat saat itu, hampir saya putus asa untuk mengejar hatinya, tapi entah kenapa, dipenghujung perkuliahan, kita lumayan dekat (mungkin hanya saya yang menganggapnya) karena sempat berjanjian untuk membayar semesteran, kalau tidak salah waktu itu semester akhir, yaitu 7. kita beda prodi, tapi entah kenapa saya merasa senang saja ketika diajaknya untuk daftar ulang semester bareng, ya walaupun pada akhirnya, dia yang berdomisili di daerah lain merasa lelah dan mengizinkan saya untuk mengisi KRS duluan, sempat kecewa, tapi, yasudahkan, begitulah takdir bermain.

singkat cerita, ditahun 2016 kita semakin dekat dan berbagai masalah yang timbul kita sharing bareng. ada masalah cerita dan dikasih saran serta jalan keluar. mungkin kenyamanan datang dari hal tersebut. tahun itu, saya niat ingin benar-benar menikah dengannya, karena ya kita sudah cukup dekat. ada niatan untuk mengajaknya menikah, tapi, saya takut...

entah pada dasar dan awalnya dari mana, di Mei 2016 dia mengajak untuk berkomitmen untuk lebih dekat dan melanjutkan ke jenjang pernikahan. sontak saat itu saya kaget, karena baru kali ini diajakin komitmen untuk menikah (wajar, saya orangnya pemalu dan gak berani dan emang gak terlalu menarik), entah dari beberapa point yang saya punya, dia tertarik dengan saya.

saat itu kondisi saya masih magang di suatu institusi pemerintahan. tapi kalau saya pikir-pikir, dengan kerjaan dan jabatan yang memang kurang mumpuni, ini tidak akan bisa saya menikahinya. lantas, saya mencoba mencari jalan lain untuk kerja yang nyatanya menjadi seorang pegawai (memang bidang jurusan saya sebagai pegawai). saat itu, entah rezekinya memang tidak lama di bulan Agustus saya mendapat panggilan, alhamdulillah perusahaan yang saya kirim lamaran sedang membutuhkan seorang karyawan untuk bagian divisi staff internal audit. tapi karena beberapa hal, saya meminta untuk bergabung diawal september dan alhamdulillah perusahaan tersebut mengizinkan dan mau menunggu saya untuk menjadi karyawannya.

singkat cerita, saya bergabung dengan lembaga koperasi tersebut pada bulan september, dan entah kenapa saat saya sudah mendapatkan pekerjaan yang memang jelas, dia mengajak saya untuk memperkenalkan diri kepada keluarga, demikian dengan dia yang saya kenalkan kepada keluarga saya. pertemuan kami berjalan dengan lancar tanpa ada kendala.

diwaktu perkenalan kita sebelum melakukan lamaran dan pernikahan, keluarga saya mendapatkan musibah. saat itu, Umi saya sedang mendapatkan cobaan yang cukup parah, mengidap sakit yang sejak lama dan dipanggil oleh yang maha kuasa. saat itu, saya sedih yang amat mendalam, karena teringat janji beliau yang menginginkan melihat pernikahan saya, saat itu lamaran saja belum tetapi sudah ditinggal oleh seorang ibu yang memang saat itu lagi disayang-sayangnya oleh keluarga. semoga Umi sudah ditempat terbaik disisi-Nya. Aamiin

seminggu sebelum lebaran, saya niat untuk melamarnya dengan membawa cincin ukuran 8 untuk jari mungilnya, cincin itu tidak seberapa, karena hanya mempunya berat 2 gram. tapi untuk sebuah keseriusan, besaran tidak akan dipandang oleh yang kuasa.

lika-liku perjalanan niat kami banyak sekali cobaan, dari beberapa hal yang mudah membuat kita salah paham, terkadang terjadi perselisihan yang kurang mengenakan dan hampir memutuskan untuk menyelesaikan hubungan. entah bagaimana tahapannya, kita sama-sama menyelesaikan perkara dengan jalan yang baik dan belum sampai menyudahkan hubungannya ini.

dan akhirnya...


kami melangsungkan acara pernikahan kami tepat pada tanggal 23 September 2017. dan saat itu juga, kami sah sebagai sepasang suami istri. betapa indahnya hari itu, karena proses yang kami bangun sangat panjang dan banyak mampir cobaan yang tidak diduga-duga, tapi dengan sebuah keinginan, kita sama-sama bisa melanjutkan komitmen yang dijalankan lebih dari 1 tahun lamanya.

kamu adalah sebuah anugerah cinta yang tidak akan terganti, karena begitu berat jalan yang sama-sama kita lalui. kamu anugrah terindah yang pernah aku miliki. kita sama-sama belajar dari kehidupan masing-masing dan menjalankannya dengan niatan untuk membangun sebuah rumah tangga hingga sampai jannah-Nya. dan alhamdulillah, sekarang kami telah diberikan titipan dari Allah, yaitu seorang anak yang masih di kandungannya yang kamipun masih mempelajari bagaimana cara membangun sebuah rumah tangga dengan datangnya sang buah hati yang dititipkan. semoga kita bisa menjaga amanah ini dengan berbagai keberkahan dan jalan yang baik.

29 November 2017
Aku, yang belajar untuk memberikan kata indah untukmu.

Sabtu, 19 Agustus 2017

Untuk Melengkapi Separuh Agama, Aku Memilihmu

Sebuah ikatan rumah tangga, diawali dengan sebuah lamaran (Khitbah), dilanjutkan dengan pengucapan ikrar, akad dalam pernikahan.

"Saya terima nikahnya fulanah binti fulan dengan mas kawin ....."

Nikah, tua banget rasanya kalau ngebahas terkait nikah. Akad aja belum tapi udah berani-beraninya bicara perihal nikah. Pengalaman aja belum ada, tapi udah mau membicarakan suatu pernikahan. Lika-liku rumah tangga setelah nikah aja belum tau, tapi mau menilai rumah tangga itu seperti apa. Dasah. Hahaha.

Sebenarnya tujuan nikah yang sudah pasti itu untuk melengkapi separuh agama, menghindari suatu hubungan yang belum waktunya (maksiat), dan untuk menjauhi perkara yang dilarang agama, iya, Zina.

Sebenarnya nikah itu bukan perkara yang mudah dan juga bukan perkara yang sulit. Banyak yang menilai nikah itu mudah. Betul memang, karena yang diperlukan dalam pernikahan hanya pasangan, wali, saksi, sama mahar, selebihnya? itu hanya pelengkap saja, atau bahkan tradisi yang ditambahkan di zaman yang sudah modern ini. Ibarat kata, nikah tanpa dirayakan (resepsi) itu sama aja makan nasi sama ayam, tapi ayamnya belum dimasak atau diolah. Memang sih bukan sebuah kesalahan dalam hal agama. Agamapun tidak melarang, asal itu tidak menyimpang dari pandangan agama, sesuai dengan syariat Islam, dan tidak melebih-lebihkan. Melebih-lebihkan saja dilarang dalam agama.

Nikah juga bukan perkara yang mudah. Ada yang berfikir yang penting nikah aja dulu, kedepannya mah biar alur saja yang menjalankannya.

Kalimat seperti itu memang tidak disalahkan, karena menikah juga bertujuan untuk mendewasakan diri, menjadi pribadi yang selalu ingin berubah kedalam hal yang baik, menjadi pribadi yang taat agama serta aturannya, menjadi pribadi yang sanggup memimpin dan memberikan keputusan, dan menjadikan kita sebagai pribadi yang selalu bersyukur dalam segala hal kehidupan.

Tapi,

Menikahpun butuh bekalan-belakan ilmu, bagaimana cara menyenangkan suami, bagaimana cara menyenangkan istri, bagaimana cara menahan sebuah perkata emosi yang ditimbulkan dari pasangan, bagaimana cara menahan sabar dengan sikap dan perilaku pasangan kita yang tidak kita sukai.
Itu penting, tapi yang lebih penting adalah, kita harus sama-sama mau belajar, mau berubah kearah yang lebih baik, mau menjadi yang terbaik untuk pasangan masing-masing, mau mengajarkan kebaikan kepada pasangan kita, mau memahami keadaan dan tidak memaksakan sebuah kehendak kehidupan.

Setengah tahapan untuk melengkapi separuh agama memang sudah saya jalani, tapi ada beberapa perihal kebutuhan untuk nanti sudah dikerjakan sebagiannya, tapi, tidak tahu kenapa, sikap pasangan yang saya pilih, selalu mementingkan ego, mementingkan keinginan, tidak tahu keadaan, tidak mau mendengarkan saran dan masukan saya.
Lantas, gimana peran saya nantinya?

9 Juli 2017
10:35

Kamis, 23 Maret 2017

Doa malam, Syafakillah untukmu

"Syafakillah, dek"

Doa akan mengalir indah jika mendapatkan ke-kabulan dan keridhoan Allah. Kita hanya bisa berusaha untuk melakukannya dengan sebuah kesungguhan. Tapi, apakah semua doaku untukmu itu dikabulkan yang Maha Kuasa?

Bukan itu pertanyaannya, tapi niat dan kesungguhan kita yang dilihat untuk meminta dan memanjatkan diri kepada sang Pencipta. Kamu berdoa, kita berdoa. Doa berniat untuk mendapatkan kebaikan serta kesehatan.

Jadikan sakit ini adalah sebuah teguran, bahwa masih ada dosa didalam diri ini yang harus segera dibenarkan. Karena dirimulah yang selalu mengajak untuk kebaikan.


Cepat sembuh, dari sakit yang membuatmu mengeluh, Dek.

Kamis, 19 Maret 2015

Tugas Akhir...

bicara tentang kehidupan perkuliahan, pasti juga kita akan berbicara yang namanya TUGAS AKHIR. yap, itu adalah pekerjaan untuk Mahasiswa Tingkat Akhir, atau bisa disebut dengan Mahasiswa yang udah enggak tau mau ngapain lagi. iyalah, secara, setiap mengerjakan tugas akhir, kita gak bakalan yang namanya belajar lagi, tugas dari dosen idaman, belajar mati-matian buat UTS dan UAS dan juga suntuknya dapet tugas paper dari dosen. bagi mahasiswa tingkat akhir, itu mah udah gak jaman. kalau orang-orang bilang, ya udah "KADALUARSA". pastinyalah, kita kan cuma ngerjain 1 tugas, dikejar deadline pula.

cobaan buat Mahasiswa Tingkat Akhir tuh banyak, kira-kira kaya gini:

1. Pertanyaan-pertanyaan yang gak jelas dari orang.
ya sebagai manusia normalnya, kita pasti bakalan mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang bakalan nyakitin hati beud (bahasa gaul ya). dari pertanyaan yang wajar, sampai ke pertanyaan yang kita sendiri gak sanggup untuk melihat orang yang bertanya.
contohnya kaya gini "kak, udah sampe BAB berapa?" "kak, sidang kapan?" "kak, kapan lulusnya?"
mungkin itu hal yang biasa didengerin mahasiswa tingkat akhir, ya contohnya gua. sebenernya itu sih pertanyaan yang wajar, tergantung dari kita sendiri. SUDAH SAMPAI BERAPA BAB/SUDAH SELESAI APA BELUMNYA. ya gua sih kalau dibilang......ya......yaa.......yasudahlah, lupakan aja gak penting ini buat gua.............(mendadak pengen ke kamar mandi)

2. pengujian mental
yap, banyak yang bilang kalau ngerjain tugas akhir itu susah. kata siapa? ya gua sampai saat ini belum kelar..iya...belum.....kelar.......
dan ditahapan ini, pasti akan muncul beberapa pertanyaan dari yang sudah menyelesaikan sidangnya, kaya gini "lu udah dapet judul belum?" "lu dapet pembimbingnya siapa?" dan yang paling, jika kita udah kelas tugas akhirnya, pernyataan yang gak wajar pasti akan terdengar "pengujinya siapa?" "wah...serem banget dapet penguji kaya gitu, siap-siap dibantai aja!"
itu pernyataan kaya gitu siapa yang buat awalnya? yaelah bro, sist, kalau kita yakin dan kita mampu menguasai tugas akhir yang kita buat, pasti kita bakalan gampang nerima pertanyaan-pertanyaan dari penguji. asalkan kita siap, dan kita yakin. kita bakal terlewatkan cobaan itu! ha..ha..ha..ha.. (gaya pahlawan bertopeng)
(terus ada pertanyaan kaya gini ke gua secara tiba-tiba) "bro, emang lu udah siap mental" - yaelah bro, gua mah...gua mah...gua mah.......... (mendadak pucet) - garing ya gan~

3. ditungguin orang
banyak yang nyari alasan, kenapa ngerjain tugas akhir itu buru-buru. salah satunya dari persoalan asrama. eh, asmara maksudnya. mungkin ini salah satu cobaan bagi mahasiswa tingkat akhir yang pengen cepet-cepet berduaan dengan lawan jenis. stop! maksud dari berduaan ini, mengikatkan tali janji sehidup semati yang nantinya akan diakhiri dengan ucapan SAH!, ini impian semua mahasiswa tingkat akhir. mungkin banyak yang bilang kalau tugas akhir itu penghambat terjadinya perlambatan ucapan kata SAH diakhir pertemuan. kata siapa? junior gua dikampus ada yang udah nikah...iya....nikah...NIKAH LEBIH DULUAN!....

4. tuntutan pekerjaan
banyak sih yang setelah kuliah ingin langsung merintis karir didunia pekerjaan. kalau dikampus gua sih, rata-rata tujuannya berbagai macam. pegawai bank, akuntan, bagian keuangan dan juga entrepreneur sejati! pastinya sebelum kita merintis karir, pastinya kita akan melewati dulu yang namanya SKRIPSI, iya skripsi (langsung gak di caps lock). ingin lulus, kerjai skripsi. ya begitulah, memang itu salah satu syarat untuk kita lulus. siapa sih didunia ini yang gak mau sukses? semua orang pasti bilang mau. dan gua juga mau, tapi dia gak mau....

ya mungkin kalau dibilang, cobaan mahasiswa tingkat akhir itu banyak dan juga berliku-liku. tergantung dari niat kita diawal, apakah kita sanggup untuk melakukannya atau tidak, tergantung dari kita sendiri, punya semangat untuk menyelesaikan cepat atau tidak, dan juga dari keinginan, percuma kita kerja, tapi kita gak punya keinginan untuk ngerjainnya. sama aja boong!

semangat itu penting, perjuangan itu perlu. walaupun waktu yang dikorban, tapi itu akan menjadi pengalaman, dan juga waktu yang terbuang tidak akan sia-sia. karena tugas akhir itu awal dari segala. walaupun semua usaha dan pengorbanan kita selama belajar 7 semester diakhiri dengan skripsi. itu bukan jalan hidup kita, tapi itu pilihan yang akan kerjakan. semua pasti akan merasakannya. jika udah ada yang bisa dengan skripsi, kenapa kita tidak bisa? semua bisa, asal ada niatnya. -niat untuk melamar kamu- ujung yang tidak menyambung. hahaha

salah semangat dari gua, semoga kita bisa sukses bareng, dan juga bisa merasakan yang namanya wisuda, semoga bisa bareng tahun ini dan sukses membangun negeri ini bersama.

semangat bro, sist!

Sabtu, 04 Oktober 2014

Catatan Seorang.. Kakak

Baru tadi siang bertemu dengan adik yang bersekolah di pesantren. Terbilang ini perdana baginya jauh dari kami. Dia terlihat lebih tinggi. Ah, mungkin, karena jarang bertemu, maka saat terlihatpun tinggi. Semoga itu menjadi pertumbuhan pendewasaannya.

Saat berbicara dengan Umi, dia menangis. Lantas, apa yang membuat dia menangis? Saya terbingung, mungkin.

Pas kami berpamitan dengannya bahwa kami akan pulang, dia main pergi saja, tanpa menghiraukan panggilan yang ada disebuah mobil.

Saya tahu, dia pasti menangis. Tapi dia tidak ingin terlihat untuk kedua kalinya.

Sama seperti adik pertamaku. Dia pergi ke Sudan dengan bekal yang lemayan. Manjaan yang istimewa. Semua keinginan yang dimintapun ada. Sampai tas yang dipakai oleh Abi jika pergi keluar kota pun hinggap di pundaknya.

Lantas apa yang ingin saya bahas? Apa itu sama?

Jika ada yang berbicara seperti itu, jawabannya IYA.

Malam sebelum kepergian, dia berniat untuk mengantikan Handphone-nya. Tapi apa daya. Mungkin Abi terlalu capek atau dia ingin mengajarkan anak-anaknya (kakak yang dimiliki sang adik) untuk bersikap mandiri dan bisa memilih apa yang bisa dipilih.

Karena mempunyai adik yang keras kepala, dia menolak.

Kenapa? Bingung juga. Dia hanya kembali ke kamar dan menangis di dalam bantal. Ditanya, tapi tak terjawab. Terlihat di wajah Abi yang bingung untuk mengurusi kepergian anaknya yang akan pergi ke negeri tetangga yang jauh disana.

Saat pelepasan kepergian mereka berdua hampir serupa. Sama-sama mengupatkan kesedihannya. Mereka berusaha menghiburkan diri mereka dengan bermain dengan teman yang mereka kenal. Tidak terlihat kesedihan, tapi saya yakin, hati mereka tidak rela jika tidak mengucapkan salam kepada orang tuanya setiap pagi. Semua orang akan merasakannnya.


Jika bisa berpesan, saya akan menuliskan ini.


Dek! Ini jalan yang kamu mau. Ini jalan yang telah disepakati oleh dirimu dan Abi & Umi. Ini jalan yang mungkin terbaik. bahkan, kata mungkinnya harus engkau hilangkan. Abi & Umi pasti punya keinginan untuk membuat kalian istimewa kedepannya melebihi mereka. Jadi, Jadilah anak yang berbakti. Toh, jikalau engkau ingin bertemu, via phone pun bisa.
Jadi, semangat untuk study kalian berdua. Kedua kakakmu juga pasti akan selalu mendoakan agar kesuksesan yang diinginkanmu tercapat.
Maka, semangat dari sekarang!

Kamis, 07 Agustus 2014

Banyak yang Bilang...



Banyak yang bilang, jika hidup itu dijalankan dengan proses ikhlas.
Banyak yang bilang, jika ingin dimudahkan dalam kehidupan, permudahkan hidup orang lain.
Banyak yang bilang, jika senyum itu mudah, jika kita ikhlas.
Dan banyak juga yang bilang, jika menikah muda itu adalah pilihan terbaik.

Terbaik? Menurut saya tidak juga.
Kesiapan mental harus ada.
Kejelasan masa depan harus terfikirkan.
Targetan dimasa yang akan datang harus dibuat.

Kenapa saya berpikir begitu?
Jawabannya hanya satu.
Perasaan saya masih labil (belum seimbang)
Kenapa?
Karena memilih itu susah.

Sempat terfikirkan, jika kita menikah, toh jalankan saja, tidak usah mencari yang pas.
Karena yang pas itu jika kita sama-sama melengkapi. Baik dari kekurangan, maupun dari kelebihan masing-masing.

Tapi targetan untuk mencari pasangan pasti ada.
Itu yang membuat susahnya kita dalam keinginan untuk menikah muda.
Toh, jika kita punya perasaan dan tingkah yang sabar, dengan pasangan yang seperti apapun kita pasti akan sanggup menjalaninya.
Mungkin orang tua bisa menjadi contoh kita untuk kedepannya.

Kenapa takut menikah usia dini?
Bukannya takut, mungkin karena berada dikeluarga yang memandang semua dari serba ekonomi, itu yang membuat takut untuk menikah dini.
Mungkin itu alasan yang tepat bagi pemuda kaku seperti saya.

....

Mencari yang sesuai susah. Bisa saja yang tidak sesuai. Tapi, takut dikedepannya tidak sanggup.
Atau mungkin, mental dewasa saya belum keluar.

Walaupun masih berumur 21 tahun (sebentar lagi)
Tapi yang namanya kefikiran menikah muda itu pasti ada.
Apalagi sama wanita yang hanya sekali liat udah merasa pesonanya masuk kedalam jiwa.
Iya, udah banyak. Mungkin yang terhitung sekarang baru tiga. Dan terfokus di dua. Dan harus memilih salah satu.
Ini yang membuat sulitnya.

....

Terkadang iri juga dengan pasangan muda yang ada.
Yang diantar selalu dicium tangannya oleh sang kekasih.
Raut senyum yang akan menemani di pagi dan sore hari.
Teman yang akan selalu menemani dimalam hari ketika mata tak sanggup melihat.

Keinginan selalu ada, tapi.. yang seperti itu. Mental dan ketakutan dimasa depan yang membuat takut memilih keputusan ini.
Banyak yang bilang mudah.
Percaya aja sih.
Tapi, takut aja untuk mengajak susah seseorang dari angka nol.
Ingin rasanya menjadi seorang yang zero, menjadi seorang yang hero.
Tapi bagaimana?
Bolehkan saya meminta jawabannya dari anda?

....

- Tulisan yang ditulis karena mendapatkan undangan pernikahan dari junior dikampus –
Rabu, 06 Agustus 2014 – 19:49

Senin, 16 Juni 2014

Gemerisik Angin

Kala Sore itu, suatu hembusan datang melewati perantaraan telinga.
dia berkata.

Hei Lelaki Bodoh, Dia cantik rupawa, dia anggun mempesona, dan dia putri di suatu kerajaan.
Tak tertarikkah kau kepadanya, Lelaki Bodoh?

Sore itu, kesadaran kembali.
Sudah berapa lama kah aku terdiam seperti ini?
Sepertinya seminggu.
Tempatku berpijak, mencorong kedalam sedikit.
Kaki-kaki yang biasa kuat, lemas tak berdaya.

Sepertinya aku harus duduk.......

Suara itu kembali datang.. tetapi, ini nyata.

Hei Lelaki, tahukah kau jika dia menyadari kau memandanginya dari pagi?
Ini sudah sore.
Lantas, mau kemana tujuanmu kali ini?
Masih banyak sekawanan wanita asing nan cantik di sekitarmu.
Kau tidak melihat betapa malunya teman sepermainanku ini?

Oh, ternyata baru sehari ini aku berdiri.
Terdiam dan tak tahu apa yang dipandang.
Pantas bola mataku memereh tak karuan.
Bekerja hanya memandang saja seharian ini.

Dan, dan...
Apa yang kupandang?
Wanita itu kah?
Hanya saja, kenapa temannya saja yang bergerutu.
Aku yang memandangpun biasa saja.
Tak menggunakan reaksi.
Tuduh saja mataku jika tak percaya.