Banyak yang bilang, jika hidup
itu dijalankan dengan proses ikhlas.
Banyak yang bilang, jika ingin
dimudahkan dalam kehidupan, permudahkan hidup orang lain.
Banyak yang bilang, jika senyum
itu mudah, jika kita ikhlas.
Dan banyak juga yang bilang, jika
menikah muda itu adalah pilihan terbaik.
Terbaik? Menurut saya tidak juga.
Kesiapan mental harus ada.
Kejelasan masa depan harus
terfikirkan.
Targetan dimasa yang akan datang
harus dibuat.
Kenapa saya berpikir begitu?
Jawabannya hanya satu.
Perasaan saya masih labil (belum
seimbang)
Kenapa?
Karena memilih itu susah.
Sempat terfikirkan, jika kita
menikah, toh jalankan saja, tidak usah mencari yang pas.
Karena yang pas itu jika kita sama-sama melengkapi. Baik dari kekurangan,
maupun dari kelebihan masing-masing.
Tapi targetan untuk mencari
pasangan pasti ada.
Itu yang membuat susahnya kita
dalam keinginan untuk menikah muda.
Toh, jika kita punya perasaan dan
tingkah yang sabar, dengan pasangan yang seperti apapun kita pasti akan sanggup
menjalaninya.
Mungkin orang tua bisa menjadi
contoh kita untuk kedepannya.
Kenapa takut menikah usia dini?
Bukannya takut, mungkin karena
berada dikeluarga yang memandang semua dari serba ekonomi, itu yang membuat
takut untuk menikah dini.
Mungkin itu alasan yang tepat
bagi pemuda kaku seperti saya.
....
Mencari yang sesuai susah. Bisa
saja yang tidak sesuai. Tapi, takut dikedepannya tidak sanggup.
Atau mungkin, mental dewasa saya
belum keluar.
Walaupun masih berumur 21 tahun
(sebentar lagi)
Tapi yang namanya kefikiran
menikah muda itu pasti ada.
Apalagi sama wanita yang hanya
sekali liat udah merasa pesonanya masuk kedalam jiwa.
Iya, udah banyak. Mungkin yang
terhitung sekarang baru tiga. Dan terfokus di dua. Dan harus memilih salah
satu.
Ini yang membuat sulitnya.
....
Terkadang iri juga dengan
pasangan muda yang ada.
Yang diantar selalu dicium
tangannya oleh sang kekasih.
Raut senyum yang akan menemani di
pagi dan sore hari.
Teman yang akan selalu menemani
dimalam hari ketika mata tak sanggup melihat.
Keinginan selalu ada, tapi.. yang
seperti itu. Mental dan ketakutan dimasa depan yang membuat takut memilih
keputusan ini.
Banyak yang bilang mudah.
Percaya aja sih.
Tapi, takut aja untuk mengajak
susah seseorang dari angka nol.
Ingin rasanya menjadi seorang
yang zero, menjadi seorang yang hero.
Tapi bagaimana?
Bolehkan saya meminta jawabannya
dari anda?
....
- Tulisan yang
ditulis karena mendapatkan undangan pernikahan dari junior dikampus –
Rabu, 06 Agustus 2014 – 19:49
Tidak ada komentar:
Posting Komentar