Baru tadi siang bertemu dengan adik yang bersekolah di pesantren. Terbilang ini perdana baginya jauh dari kami. Dia terlihat lebih tinggi. Ah, mungkin, karena jarang bertemu, maka saat terlihatpun tinggi. Semoga itu menjadi pertumbuhan pendewasaannya.
Saat berbicara dengan Umi, dia menangis. Lantas, apa yang membuat dia menangis? Saya terbingung, mungkin.
Pas kami berpamitan dengannya bahwa kami akan pulang, dia main pergi saja, tanpa menghiraukan panggilan yang ada disebuah mobil.
Saya tahu, dia pasti menangis. Tapi dia tidak ingin terlihat untuk kedua kalinya.
Sama seperti adik pertamaku. Dia pergi ke Sudan dengan bekal yang lemayan. Manjaan yang istimewa. Semua keinginan yang dimintapun ada. Sampai tas yang dipakai oleh Abi jika pergi keluar kota pun hinggap di pundaknya.
Lantas apa yang ingin saya bahas? Apa itu sama?
Jika ada yang berbicara seperti itu, jawabannya IYA.
Malam sebelum kepergian, dia berniat untuk mengantikan Handphone-nya. Tapi apa daya. Mungkin Abi terlalu capek atau dia ingin mengajarkan anak-anaknya (kakak yang dimiliki sang adik) untuk bersikap mandiri dan bisa memilih apa yang bisa dipilih.
Karena mempunyai adik yang keras kepala, dia menolak.
Kenapa? Bingung juga. Dia hanya kembali ke kamar dan menangis di dalam bantal. Ditanya, tapi tak terjawab. Terlihat di wajah Abi yang bingung untuk mengurusi kepergian anaknya yang akan pergi ke negeri tetangga yang jauh disana.
Saat pelepasan kepergian mereka berdua hampir serupa. Sama-sama mengupatkan kesedihannya. Mereka berusaha menghiburkan diri mereka dengan bermain dengan teman yang mereka kenal. Tidak terlihat kesedihan, tapi saya yakin, hati mereka tidak rela jika tidak mengucapkan salam kepada orang tuanya setiap pagi. Semua orang akan merasakannnya.
Jika bisa berpesan, saya akan menuliskan ini.
Dek! Ini jalan yang kamu mau. Ini jalan yang telah disepakati oleh dirimu dan Abi & Umi. Ini jalan yang mungkin terbaik. bahkan, kata mungkinnya harus engkau hilangkan. Abi & Umi pasti punya keinginan untuk membuat kalian istimewa kedepannya melebihi mereka. Jadi, Jadilah anak yang berbakti. Toh, jikalau engkau ingin bertemu, via phone pun bisa.
Jadi, semangat untuk study kalian berdua. Kedua kakakmu juga pasti akan selalu mendoakan agar kesuksesan yang diinginkanmu tercapat.
Maka, semangat dari sekarang!
Sabtu, 04 Oktober 2014
Kamis, 07 Agustus 2014
Banyak yang Bilang...
Banyak yang bilang, jika hidup
itu dijalankan dengan proses ikhlas.
Banyak yang bilang, jika ingin
dimudahkan dalam kehidupan, permudahkan hidup orang lain.
Banyak yang bilang, jika senyum
itu mudah, jika kita ikhlas.
Dan banyak juga yang bilang, jika
menikah muda itu adalah pilihan terbaik.
Terbaik? Menurut saya tidak juga.
Kesiapan mental harus ada.
Kejelasan masa depan harus
terfikirkan.
Targetan dimasa yang akan datang
harus dibuat.
Kenapa saya berpikir begitu?
Jawabannya hanya satu.
Perasaan saya masih labil (belum
seimbang)
Kenapa?
Karena memilih itu susah.
Sempat terfikirkan, jika kita
menikah, toh jalankan saja, tidak usah mencari yang pas.
Karena yang pas itu jika kita sama-sama melengkapi. Baik dari kekurangan,
maupun dari kelebihan masing-masing.
Tapi targetan untuk mencari
pasangan pasti ada.
Itu yang membuat susahnya kita
dalam keinginan untuk menikah muda.
Toh, jika kita punya perasaan dan
tingkah yang sabar, dengan pasangan yang seperti apapun kita pasti akan sanggup
menjalaninya.
Mungkin orang tua bisa menjadi
contoh kita untuk kedepannya.
Kenapa takut menikah usia dini?
Bukannya takut, mungkin karena
berada dikeluarga yang memandang semua dari serba ekonomi, itu yang membuat
takut untuk menikah dini.
Mungkin itu alasan yang tepat
bagi pemuda kaku seperti saya.
....
Mencari yang sesuai susah. Bisa
saja yang tidak sesuai. Tapi, takut dikedepannya tidak sanggup.
Atau mungkin, mental dewasa saya
belum keluar.
Walaupun masih berumur 21 tahun
(sebentar lagi)
Tapi yang namanya kefikiran
menikah muda itu pasti ada.
Apalagi sama wanita yang hanya
sekali liat udah merasa pesonanya masuk kedalam jiwa.
Iya, udah banyak. Mungkin yang
terhitung sekarang baru tiga. Dan terfokus di dua. Dan harus memilih salah
satu.
Ini yang membuat sulitnya.
....
Terkadang iri juga dengan
pasangan muda yang ada.
Yang diantar selalu dicium
tangannya oleh sang kekasih.
Raut senyum yang akan menemani di
pagi dan sore hari.
Teman yang akan selalu menemani
dimalam hari ketika mata tak sanggup melihat.
Keinginan selalu ada, tapi.. yang
seperti itu. Mental dan ketakutan dimasa depan yang membuat takut memilih
keputusan ini.
Banyak yang bilang mudah.
Percaya aja sih.
Tapi, takut aja untuk mengajak
susah seseorang dari angka nol.
Ingin rasanya menjadi seorang
yang zero, menjadi seorang yang hero.
Tapi bagaimana?
Bolehkan saya meminta jawabannya
dari anda?
....
- Tulisan yang
ditulis karena mendapatkan undangan pernikahan dari junior dikampus –
Rabu, 06 Agustus 2014 – 19:49
Senin, 16 Juni 2014
Gemerisik Angin
Kala Sore itu, suatu hembusan datang melewati perantaraan telinga.
dia berkata.
Hei Lelaki Bodoh, Dia cantik rupawa, dia anggun mempesona, dan dia putri di suatu kerajaan.
Tak tertarikkah kau kepadanya, Lelaki Bodoh?
Sore itu, kesadaran kembali.
Sudah berapa lama kah aku terdiam seperti ini?
Sepertinya seminggu.
Tempatku berpijak, mencorong kedalam sedikit.
Kaki-kaki yang biasa kuat, lemas tak berdaya.
Sepertinya aku harus duduk.......
Suara itu kembali datang.. tetapi, ini nyata.
Hei Lelaki, tahukah kau jika dia menyadari kau memandanginya dari pagi?
Ini sudah sore.
Lantas, mau kemana tujuanmu kali ini?
Masih banyak sekawanan wanita asing nan cantik di sekitarmu.
Kau tidak melihat betapa malunya teman sepermainanku ini?
Oh, ternyata baru sehari ini aku berdiri.
Terdiam dan tak tahu apa yang dipandang.
Pantas bola mataku memereh tak karuan.
Bekerja hanya memandang saja seharian ini.
Dan, dan...
Apa yang kupandang?
Wanita itu kah?
Hanya saja, kenapa temannya saja yang bergerutu.
Aku yang memandangpun biasa saja.
Tak menggunakan reaksi.
Tuduh saja mataku jika tak percaya.
dia berkata.
Hei Lelaki Bodoh, Dia cantik rupawa, dia anggun mempesona, dan dia putri di suatu kerajaan.
Tak tertarikkah kau kepadanya, Lelaki Bodoh?
Sore itu, kesadaran kembali.
Sudah berapa lama kah aku terdiam seperti ini?
Sepertinya seminggu.
Tempatku berpijak, mencorong kedalam sedikit.
Kaki-kaki yang biasa kuat, lemas tak berdaya.
Sepertinya aku harus duduk.......
Suara itu kembali datang.. tetapi, ini nyata.
Hei Lelaki, tahukah kau jika dia menyadari kau memandanginya dari pagi?
Ini sudah sore.
Lantas, mau kemana tujuanmu kali ini?
Masih banyak sekawanan wanita asing nan cantik di sekitarmu.
Kau tidak melihat betapa malunya teman sepermainanku ini?
Oh, ternyata baru sehari ini aku berdiri.
Terdiam dan tak tahu apa yang dipandang.
Pantas bola mataku memereh tak karuan.
Bekerja hanya memandang saja seharian ini.
Dan, dan...
Apa yang kupandang?
Wanita itu kah?
Hanya saja, kenapa temannya saja yang bergerutu.
Aku yang memandangpun biasa saja.
Tak menggunakan reaksi.
Tuduh saja mataku jika tak percaya.
Minggu, 01 Juni 2014
Hanya Memandang dari kejauhan
Keindahan terpancar dari kejauhan.
Sesosok makhluk hidup yang resah akan kepastian.
Berdiri disebrang, hanya melihat pamandangan.
Pemandangan yang biasa, tapi tidak untuk satu titik.
Yaitu, Hati.
Banyak yang bilang kau cantik.
Banyak yang bilang kau baik.
Banyak yang bilang kau manis.
Dan, Banyak juga yang bilang kau idealis.
Pesona ini tak tergoyahkan.
Saat kau berdansa dengan gauh biru dan rok coklat itu.
Seakan dunia hanya milikmu.
Kau berdansa, seakan tak ada yang menghiraukan gerakanmu.
Tapi, ada yang beda untuk di siang ini.
Kamu putri untuk siang ini.
Retina ini tak bosan untuk memandang,
Hari cerah dengan gaun yang engkau pakai.
Bertingkah banyak, seakan tak ada yang melihat.
Kamu, melebihi biasanya.
Awan di siang haripun kalah oleh raut mukamu detik ini.
Hembusan angin kencang seperti tidak berperan.
Sekawan manusia yang datang, tak terfikirkan.
Seakan, semua tertembus dan tertuju pada satu tujuan.
Siang itu, aku terkagum dengan keputrianmu.
Sesosok makhluk hidup yang resah akan kepastian.
Berdiri disebrang, hanya melihat pamandangan.
Pemandangan yang biasa, tapi tidak untuk satu titik.
Yaitu, Hati.
Banyak yang bilang kau cantik.
Banyak yang bilang kau baik.
Banyak yang bilang kau manis.
Dan, Banyak juga yang bilang kau idealis.
Pesona ini tak tergoyahkan.
Saat kau berdansa dengan gauh biru dan rok coklat itu.
Seakan dunia hanya milikmu.
Kau berdansa, seakan tak ada yang menghiraukan gerakanmu.
Tapi, ada yang beda untuk di siang ini.
Kamu putri untuk siang ini.
Retina ini tak bosan untuk memandang,
Hari cerah dengan gaun yang engkau pakai.
Bertingkah banyak, seakan tak ada yang melihat.
Kamu, melebihi biasanya.
Awan di siang haripun kalah oleh raut mukamu detik ini.
Hembusan angin kencang seperti tidak berperan.
Sekawan manusia yang datang, tak terfikirkan.
Seakan, semua tertembus dan tertuju pada satu tujuan.
Siang itu, aku terkagum dengan keputrianmu.
Selasa, 27 Mei 2014
Manisnya, Orange Hitam itu
Luar biasa, hanya bisa yang
terucap.
Terdiamku saat menatap.
Kenapa warna itu begitu indah
denganmu?
Atau hanya diriku yang menilai
seperti itu?
Somoga hanya diriku.
Kamu tidak asing dimataku.
Senyummu mudah dilihat.
Aliran mata indahmu bisa menjadi
hobbyku.
Raungan pesonamu tidak dapat
dilihat hanya sekejap.
Mungkin ini renungan disiang yang
panas ini.
Janganlah pergi aura indahmu itu.
Menenangkan.
20
Mei 2014 – 13:41
Senin, 28 April 2014
Kamu dengan Gaun Hijau itu
Siang itu, tidak bisa
tergambarkan mata.
Semua yang ada, hanya kilau
semata.
Sengatan tajam, menyamarkan warna
badan.
Hitam menjadi putih, dan putih
mengkilap bersih.
Sesosok wanita berjalan di jalur
itu.
Wah, hijau itu indah.
Diriku menyadari detik itu.
Bahwa, kamu indah.
Kamu? Kami baru mengenal.
Dekatpun terbilang kebetulan.
Karena memang kita sejalur dalam
badan.
Kagum untuk waktu itu.
Wanita berjalan dengan gaun
hijaunya.
Ah, mungkin ini hanya akan
bertahan beberapa waktu.
Besokpun pesona akan berubah.
Kita lihat saja itu.
Apakah kita memenangkan rasa ini
secara bersama?
Jadikan ini sebuah kebetulan.
Agar tidak adanya penyesalan di
kedepan.
-
27/04/2014 ~
20.40 -
Jumat, 18 April 2014
Cahaya yang Menghilang
Sore hari, setelah turunnya hujan dengan deras disertai keringat yang bercucuran karena bola, gua galau..
galau? hellow! udah gak jaman kali.
Bukannya gak jaman, niatnya pengen belajar, eh malah mati lampu.
Otomatis semuanya jadi serba bingung..
Terkadang sesuatu yang tidak terlihat itu akan membingungkan.
Wajar aja, kita mau melakukan sesuatu, pasti bingung jika tak ada cahaya.
Mau makan aja bingung jika kita tidak bisa melihat.
Pacarpun jika mati lampu bisa ketuker tangannya karena gelap.
Dan mungkin, tangannya bisa berganti ke tangan yang lain.
Kan malah jadi... yaaa... gitu...
Maka dari itu, kita harus mensyukuri nikmat yang ada.
Jika ada sesuatu yang bisa dimanfaatkan, gunakan sebaik-baiknya.
Jika kita membutuhkan orang lain, maka carilah sesuai dengan yang kita butuhkan.
Dan jika ada yang membutuhkan kita, manfaatkan lah kesempatan itu, agar kita mempunyai pandang dimatanya.
- 18 April 2014 -
19.39
Waktu dimana lampu itu menyala (1 Jam yang lalu)
galau? hellow! udah gak jaman kali.
Bukannya gak jaman, niatnya pengen belajar, eh malah mati lampu.
Otomatis semuanya jadi serba bingung..
Terkadang sesuatu yang tidak terlihat itu akan membingungkan.
Wajar aja, kita mau melakukan sesuatu, pasti bingung jika tak ada cahaya.
Mau makan aja bingung jika kita tidak bisa melihat.
Pacarpun jika mati lampu bisa ketuker tangannya karena gelap.
Dan mungkin, tangannya bisa berganti ke tangan yang lain.
Kan malah jadi... yaaa... gitu...
Maka dari itu, kita harus mensyukuri nikmat yang ada.
Jika ada sesuatu yang bisa dimanfaatkan, gunakan sebaik-baiknya.
Jika kita membutuhkan orang lain, maka carilah sesuai dengan yang kita butuhkan.
Dan jika ada yang membutuhkan kita, manfaatkan lah kesempatan itu, agar kita mempunyai pandang dimatanya.
- 18 April 2014 -
19.39
Waktu dimana lampu itu menyala (1 Jam yang lalu)
Pernah Gak Sih.........
Pernah gak sih kalian mengalami hal yang membuat kalian sadar, 'apa arti dari hidup ini? Hidup ini untuk apa?'
Paling kebanyakan akan menjawab 'ah, sudahlah, jalani saja hidup ini. Toh, nanti juga akan ada jalan keluarnya'.
Ya kalau dibilang, pernyataan itu emang benar, gak salah juga.
Gua juga sering bilang kaya gitu ke temen.
Dari hal yang sepele, sampai hal masa depan.
Toh, nanti juga akan ada jalan keluarnya' pernyataan yang selalu keluar untuk semua pertanyaan.
'Apa sih yang harus disusahkan dari hidup ini?'
Pertanyaan yang selalu berputar menggentayangi otak kita.
Ya kalau untuk hidup yang 'gitu-gitu aja', ya cuek aja.
Apa sih pentingnya?
Nah, ini yang harus dipertanyakan.
Mungkin orang yang seperti ini yang mempunyai masa depannya dengan mengikuti takdir.
Pasti kurang pengalaman hidupnya.
Sebagai contoh, saat belajar. Gak ada kegagalan, suksespun tak ada.
Ya, jarang berusaha, susah meraih cita-cita.
Fokuskan diri untuk suatu masa depan yang cerah.
jangan menjadi seseorang yang hanya itu-itu aja.
kita harus bergerak kedepan!
menggapai semua angan!
kita muda, bisa dan bijaksana!
semangat untuk jiwa yang akan merubah dunia!
Paling kebanyakan akan menjawab 'ah, sudahlah, jalani saja hidup ini. Toh, nanti juga akan ada jalan keluarnya'.
Ya kalau dibilang, pernyataan itu emang benar, gak salah juga.
Gua juga sering bilang kaya gitu ke temen.
Dari hal yang sepele, sampai hal masa depan.
Toh, nanti juga akan ada jalan keluarnya' pernyataan yang selalu keluar untuk semua pertanyaan.
'Apa sih yang harus disusahkan dari hidup ini?'
Pertanyaan yang selalu berputar menggentayangi otak kita.
Ya kalau untuk hidup yang 'gitu-gitu aja', ya cuek aja.
Apa sih pentingnya?
Nah, ini yang harus dipertanyakan.
Mungkin orang yang seperti ini yang mempunyai masa depannya dengan mengikuti takdir.
Pasti kurang pengalaman hidupnya.
Sebagai contoh, saat belajar. Gak ada kegagalan, suksespun tak ada.
Ya, jarang berusaha, susah meraih cita-cita.
Fokuskan diri untuk suatu masa depan yang cerah.
jangan menjadi seseorang yang hanya itu-itu aja.
kita harus bergerak kedepan!
menggapai semua angan!
kita muda, bisa dan bijaksana!
semangat untuk jiwa yang akan merubah dunia!
Syurga Berbau Neraka
Dingin menyengat didampingi batu yang menanjak
Malam tiba di suatu dataran
Dataran tak biasa yang menjadi awal petualangan
Tidak asing untuk di kunjungi...
Kita tertidur di atas kayu-kayu yang tersusun
Beratap plastik tebal beralas kayu gelombang
Dingin menyerang lantara serigala menerkam
Hawa berbeda di tempat yang luar biasa
Kita, para petualang alam...
Ayam mendengkur dengan derasnya air
Air yang jarang dilihat dan dirasakan
Getaran dingin yang menyerang tubuh
laksana apa membakar kertas kosong...
Tak lupa menaungkan takbir di antara terbitnya matahari
Mensyukuri kuasa yang diberikan Illahi
Tuhan, terima kasih untuk awal Syurga ini
Apakah kami akan terkejut lagi?
Matahari masih mengumpat, tapi kita nekat
Menanjak setiap batu dan tanah berair
Daun-daun melambai, pohon-pohon menjulau
Air deras mengalir laksana pedang menebas musuh
Medan yang biasa
Tanah yang membosankan
Batu yang besar
dan Lumpur yang menjebak perjalanan
Rumput-rumput yang menghalang bagai laksana benteng kerajaan
Pohon-pohon yang tumbang bagaikan pahlawan di medan perang
Air-air yang mengalir bagaikan tetesan darah para pejuang
serta Daun-daun yang berjatuhan ibaratkan berakhirnya peperangan
Ini peperangan keindahan
Bukan peperangan ketidaksamaan
Kita dilahirkan untuk menjaga
Bukan untuk menunda
Dan sampai akhirnya......
Kita tahu bahwa alam Illahi itu indah!
bagai Syurga berbau Neraka
Panas Neraka, Pemandangan Syurga
Itulah, Kawan Gunung Indonesia
Syukur atas kuasa yang diberi
Tak lupa kita menikmati
Menikmati derasnya air
Menikmati perbedaan air
itulah alam Negeri Indonesia
Tuhan, berikan keindahanmu disisa umur kami, agar kami tahu dan selalu bersyukur atas nikmat yang engkau beri
Terima kasih untuk alammu, Tuhan.
18 April 2014
Malam tiba di suatu dataran
Dataran tak biasa yang menjadi awal petualangan
Tidak asing untuk di kunjungi...
Kita tertidur di atas kayu-kayu yang tersusun
Beratap plastik tebal beralas kayu gelombang
Dingin menyerang lantara serigala menerkam
Hawa berbeda di tempat yang luar biasa
Kita, para petualang alam...
Ayam mendengkur dengan derasnya air
Air yang jarang dilihat dan dirasakan
Getaran dingin yang menyerang tubuh
laksana apa membakar kertas kosong...
Tak lupa menaungkan takbir di antara terbitnya matahari
Mensyukuri kuasa yang diberikan Illahi
Tuhan, terima kasih untuk awal Syurga ini
Apakah kami akan terkejut lagi?
Matahari masih mengumpat, tapi kita nekat
Menanjak setiap batu dan tanah berair
Daun-daun melambai, pohon-pohon menjulau
Air deras mengalir laksana pedang menebas musuh
Medan yang biasa
Tanah yang membosankan
Batu yang besar
dan Lumpur yang menjebak perjalanan
Rumput-rumput yang menghalang bagai laksana benteng kerajaan
Pohon-pohon yang tumbang bagaikan pahlawan di medan perang
Air-air yang mengalir bagaikan tetesan darah para pejuang
serta Daun-daun yang berjatuhan ibaratkan berakhirnya peperangan
Ini peperangan keindahan
Bukan peperangan ketidaksamaan
Kita dilahirkan untuk menjaga
Bukan untuk menunda
Dan sampai akhirnya......
Kita tahu bahwa alam Illahi itu indah!
bagai Syurga berbau Neraka
Panas Neraka, Pemandangan Syurga
Itulah, Kawan Gunung Indonesia
Syukur atas kuasa yang diberi
Tak lupa kita menikmati
Menikmati derasnya air
Menikmati perbedaan air
itulah alam Negeri Indonesia
Tuhan, berikan keindahanmu disisa umur kami, agar kami tahu dan selalu bersyukur atas nikmat yang engkau beri
Terima kasih untuk alammu, Tuhan.
18 April 2014
Senin, 14 April 2014
Kawah Ratu, Pecah..!!
itu kutipan lagu yang dinyanyiin Jebraw "Jalan-Jalan Men Episode Pulau Weh". beuuuhhh, lagunya enak juga brooo.. abis jalan, ngedengerin itu, jadi pengen berpetualang lagi dialam yang masih luas ini.
2 minggu yang lalu.. Gua, Miftah, Iqbal, Yoga dan Jatmiko jalan-jalan ke Gunung Salak Endah, tujuan kita Kawah Ratu dan Curug 1000.
rencana, jalan sesudah sholat Maghrib. tak lupa kami mengisi perut di warung nasi 'Mak Iyoy' masakannya iyoy gitu deh.. gak disangka, saat hendak mau jalan, hujan turun. tidak sekali. deras yang berkali-kali. sempet frustasi juga dengan cuaca malam itu. tapi, kami para orang 'gila' rela ujan-ujanan demi tujuan kita. tiba di Kawah Ratu pagi! karena tekat yang bulat itu lah kita jalan sambil ujan-ujanan. modal nekat dan berujung sekarat.
kita tiba jam 10 lewat banyak. bingung mau tidur dimana. ngedakipun tak mungkin. lihat-lihat sekitar, ada kaya saung gitu. akhirnya bikin tenda deh di atas saung. pengalaman yang jarang juga sih.. malah, mungkin gak ada yang kaya kami. masang tenda di atas saung. gua yakin pasti gak ada.
pagi tiba! kita bangun jam 4.. dan langsung jalan...... jam 5 pagi.
perjalanan lumayan jauh, di taksir kira-kira dibutuhkan waktu 2,5 - 3 jam untuk sampai di Kawah Ratu. jalannya pun bukan jalan biasa. alam banget, semak-semak bertebaran. tak rata. lumpur mengancam.
gua nyebur lumpur........
ada kali sampe dengkul! mana gua pake sendal Ali dan susah dicabut. idup gak lumpurnya? enggak kok. lumpurnya cuma dalem. ada lah kalau di ukur kira-kira 40-50 cm. lemayan gak tuh?
itu tempatnya di tengah-tengah perjalanan.
tapi itu menjadi kesan pertama juga. dan semoga yang terakhir ~
satu jam kemudian......
BROOOOO..!!!! KITA NYAMPE BROOOO...!!!! PECAH BANGET..!!!
jam setengah 8 lewat dikit lah....
kita makan-makan men..!!
kita maen-maen men..!!
nyebur-nyebur men..!!
bugil-bugil men..!!
POKOKNYA.... PECAH BUAT KAWAH RATU...!!!!
tempatnya rekomendasi banget! sumpah!!!!!
- to be continue -
Langganan:
Postingan (Atom)